Monday, 11 February 2013

makalah depresi,psikosa,dan psikoneurosa


BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati). Pada wa nitahamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi aspek sumber daya.
Telah diketahui bahwa wanita hamil mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian akan hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus atau pernyataan, kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis.
Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikut biasanya penyakitnya timbul lagi, selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kahamilan. Peran tenaga kesehatan disini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan, memberikan dukungan, motivasi maupun pengobatan untuk mengatasi gangguan tersebut agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi ibu maupun kesehatan janinnya.
B.   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalahsebagai berikut:
1.   Apa definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
2.   Apa penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
3.   Apa saja jenis-jenis depresi, psikosa dan psikoneurosa?
4.   Apa saja tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
5.   Bagaimana pencegahan dan penanganan depresi, psikosa dan psikoneurosa?
C.   Tujuan
1.   Untuk mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2.   Untuk mengetahui penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3.   Untuk mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
4.   Untuk mengetahui tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5.   Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
D.    Manfaat
1.  Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2.  Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3.  Mahasiswa dapat mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
4.  Mahasiswa dapat tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5.  Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan dan penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
BAB II
ISI

A.   Depresi
1.    Pengertian
Kehamilan seharusnya adalah masa yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi buat sebagian wanita masa ini adalah masa yang membingungkan, takut, sedih, stress, dan bahkan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita akan mengalami gejala-gejala depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya akan menjadi depresi yang nyata (mayor depresi).
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
a.    Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana perasaan (mood), dan pikiran.
b.    Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “untuk menoba lebih keras“.
c.    Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Depresi merupakan gangguan mood yang menyerang 1 dari 4 wanita pada suatu titik tertentu dalam kehidupannya, jadi tidak usah heran jika kelainan ini juga biasa mengenai wanita hamil. Tetapi sering kali depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini tentu saja bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
Depresi bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
2.    Gejala-gejala Depresi
Menurut Diagnostik dan statistikal manual IV – Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika, lima atau lebih gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilanga minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a.    Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b.    Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
c.    Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).
d.    Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
e.    Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
f.     Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari.
g.    Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.
h.    Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
i.      Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
a.    Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan lebih banyak air mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b.    Teganggu calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas.
c.    Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d.    Jarang mengontrol kehamilan.
e.    Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f.     Tidak melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.
3.    Bentuk-bentuk Depresi
Terdapat berbagai bentuk depresi, tergantung dari vartiasi dalam jumlal simptom, tingkat keparahan dan persistensinya. Namun, secara umum dapat digolongkan menjafi dua yakni :
a.    Depresi Unipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi Unipolar terdiri atas :
1)      Depresi Mayor
Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor. Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
2)      Distimia
Merupakan bentuk depresi yang kurang parah karena simptom atau gejala-gejala yang ditunjukkan tidak membuat orang yang mengalaminya menjadi tidak mampu tetapi yang menghindarkan orang yang bersangkutan untuk berfungsi pada tingkat yang penuh atau menghalanginya dari perasaan baik.

b.    Depresi Bipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh pergantian antara suasana perasaan depresif dan mania, artinya selain depresi, di sisi lain terkadang merasa gembira.
4.    Penyebab Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi penyebabnya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik. Selain itu, ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut. Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal. Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Beberapa faktor utama penyebab depresi:
a.      Kehamilan yang tidak diharapkan
b.      Hamil di luar nikah
c.      Faktor ekonomi
d.      Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e.      Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f.       Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g.      Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h.       Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i.         Sedang menghadapi masalah keuangan
j.         Usia ibu hamil yang terlalu muda
k.      Adanya komplikasi selama kehamilan
l.        Terpisah dari keluarga
m.    Rasa takut yang berlebihan.
n.      Orang tua tunggal.
o.      Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.
5.    Dampak Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
a.    Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b.    Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c.    Kelahiran premature
d.    Bayi lahir dengan berat badan yang rendah
e.    Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri.
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan, karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja langsung membuat janinnya meninggal. Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
6.    Penatalaksanaan Depresi
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif (depresi) rekuren.
Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi (Depression Guideline Panel) :
a.     Fase Akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
b.    Fase Lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat. Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan. Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MOA) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi. Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara rutin harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien ingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenangkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
Perubahan pola hidup dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang:
a.         Olahraga teratur
b.         Berjemur pada sinar matahari
c.         Penanganan stress
d.        Konseling
e.         Tidur teratur
f.          Relaksasi
g.         Meditasi
7.    Penularan Depresi
Penularan dari depresi sampai saat ini masih belum diketahui.
8.    Pencegahan Depresi
Bagi mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak – anak dengan kualitas mental dan fisik yang baik serta berkualitas.

B.   Psikosa
1.    Definisi
           Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
           Psikosa merupakan gangguan jiwa yang serius, timbul karena penyebab organic ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat , berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari hari sangat terganggu. Psikosa ditandai  oleh perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,berkurangnya pengawasan terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
            Pada umunya pasien psikosa tidak mampu melakukan partisipasi sosial, sering ada gangguan bicara, kehilngan orientasi terhadap lingkungan, aspek sosialnya membahayakan orang lain maupun diri sendir serta memerlukan perawatan rumah sakit.
2.    Penyebab psikosa:
a.    Internal (perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b.    Ekstenal (kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)
3.    Jenis-jenis psikosa
 Adapun jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas:
a.    Skizofrenia
     Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang paling sering dijumpai. Skizofrenia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
1)    Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
2)    Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3)    Komplikasi kandungan.
4)    Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Tipe-tipe dari skizofrenia :
1)    Skizofrenia Simplex
          Gejalanya meliputi kehilangan minat, emosi tumpul / datar, dan menarik diri dari masyarakat.
2)    Skizofrenia Hebefrenik
          Umumnya dialami atau timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun dengan gejala berupa reaksi-reaksi emosional yang makin bertambah indiferen, adanya gangguan proses berpikir dan tingkah laku infantile, seperti tiba-tiba menangis atau tertawa tetapi tidak berkaitan dengan situasi yang sedang terjadi, makan secara berlebihan dan berceceran, buang air kecil atau buang air besar sembarang tempat, berpakaian seperti bayi, dan lain-lain.
3)    Skizofrenia Katatonik
          Penderita tipe ini menunjukkan satu dari dua pola yang dramatis, yakni;
a)    Stupor
Penderita kehilangan gerak, cenderung untuk diam pada posisi yang stereotipi dan lamanya bisa berjam-jam bahkan berhari-hari, mempunyai kontak yang minimal sekali dan mutisme (menolak untuk bicara).
b)    Excitement
Penderitanya melakukan tingkah laku yang berlebihan, seperti bicara banyak tetapi tidak koheren, gelisah yang ditunjukkan dengan tingkah laku seperti mondar-mandir, melakuakan masturbasi di depan umum, bahkan menyerang orang lain.
4)    Skizofrenia paranoid
Penderita menunjukkan dua pola, yaitu:
a)    Pola skizofrenia: ditandai dengan proses berpikir kacau, tidak logis, dan mudah berubah serta delusi yang aneh.
b)    Pola paranoid: system delusi lebih masuk akal dan logis, kontak dengan realita (realita testing) juga relative tidak terganggu.
b.    Paranoid
     Paranoid dilain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai dengan halusinasi, yaitu persepsi palsu dan kecurigaan tidak beralasan terus menerus  yang sangat kuat, pola berfikir makin kacau dan tingkah laku makin tidak normal. Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik dan teratur, tetapi berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.

Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.    Psikosa fungsional
            Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf (neurotransmitter). Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang. Contoh: paranoid (curiga berlebihan), depresi, gaduh gelisah.
b.    Psikosa organik
     Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
                                  
4.    Tanda dan Gejala
a.    Tanda tanda psikosa:
1)    Halusinasi
2)    Sejumlah kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah, dan retardasi psikomotor.
b.    Gejala psikosis adalah:
1)    abnormal menampilkan emosi
2)    kebingungan
3)    depresi dan kadang kadang pikiran bunuh diri
4)    kacau berpikir dan berbicara
5)    kegembiraan
6)    keyakinan palsu
7)    melihat, mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak ada berdasarkan ketakutan/ kecurigaan
Menninger telah menyebutkan sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikosa:
1)    Perasaan sedih, bersalah yang mendalam
2)    Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan.
3)    Isi pikiran yang berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4)    Kecendungan membela diri atau rasa kebesaran
5)    Keadaan bingung dengan  disorientasi dan halusinasi.
Proses kejiwaan dalam kehamilan
1)    Triwulan I
a)    Cemas ,takut, panik, gusar
b)    Benci pada suami
c)    Menolak kehamilan
d)    Mengidam
2)    Triwulan II
a)    Kehamilan nyata
b)    Adaptasi dengan kenyataan
c)    Perut bertambah besar
d)    Terasa gerakan janin
3)    Triwulan III
a)    Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
b)    Perasaan bertanggung jawab
c)    Golongan ibu yang mungkin merasa takut
d)    Ibu yang mempunyai riwayat/ pengalaman buruk pada persalinan yang lalu
5.    Pencegahan psikosa
      Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.    Informasi
b.    ANC rutin
c.    Nutrisi
d.    Penampilan
e.    Aktivitas
f.     Relaksasi
g.    Senam hamil
h.    Latihan pernafasan
6.    Penatalaksanaan psikosa
          Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit. Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar 6 bulan (Sneddon, 1992). Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia. Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke psikiater. Keparahan psikosis postpartum mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan tindakan rawatinap. Wanita ynag mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.
           Proses penanganan pada penderita skizofrenia yang sedang hamil, yakni:
           Wanita yang datang dengan pskosis pada episode pertama saat hamil harus diperiksa dengan hati-hati untuk menyingkirkan sebab organic pada psikosisnya maupun perubahan status mentalnya. Pasien harus dirawat sakit bila rawat jalan tidak memungkinkan. Pada umumnya peneliti melaporkan bahwa pasien dengan menggunakan obat antipsikotik pada kehamilan tidak menunjukkan adanya kelainan pada kelahiran janin. Namun, antipsikotik hendaknya dihindarkan pada trimester I. Pada kasus yang akut dan membahayakan ibu dan janinnya, dapat dilakukan terapi elektrokompulsif. Terapik ini tidak menyebabkan persalinan, kecuali bila kehamilannya cukup bulan.
           Pengobatan tergantung pada penyebab psikosis. Perawatan dirumah sakit sering kali diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien.
a.    Terapi Gangguan Jiwa
     Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk.,1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan.
b.    Antidepresan
     Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melebihi risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk  gangguan-gangguan depresi. Efek samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi  juga sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitandengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yangsemakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin,menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obatini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
c.    Antipsikotik
     Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif,atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
     Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui.
     Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dantioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
d.    Litium
     Keamanan litium selama kehamilan masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran tentangteratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkantoksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
e.    Benzidiazepin
     Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan depresineurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan dekat dengan kelahiran.
f.     Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
     Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis. Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31 minggu. Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan ventilasi bantuan setiap kali terapi. Merekamendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan listrik. Walaupun demikian, rekaman frekuensi denyut jantung janinserta frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen ibu tetap normal.
     Miller (1994) mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%. Penyulit-penyulit tersebut antara lain adalah aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginamringan, nyeri abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna. Wanita yang kurang dipersiapkan juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi aortokava, dan alkalosis respiratorik. Langkah-langkah pengkajian penting adalah pengkajian servik, penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial, pemantauan frekuensi denyut jantung janin dan uterus, hidrasi intravena, pemberian antasida cair, dan pasien dobaringkan miring kiri. Selama prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan jalan napas harusdilindungi

Penatalaksannan yang dilakukan:
a.    Konsultasikan dengan dokter, psikiater, psikolog, dan dengan tenaga kesehatan lainnya.
b.    Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis harus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar.
c.    Ajarkan dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot otot istirahat dan pernafasan
d.    Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu.
e.    Hindari komentar   suatu kasus dan gelak tawa
f.     Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
g.    Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
h.    Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat,  morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
i.      Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
j.      Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, klien tidak tahan terlalu diisolasi.
C.   Psikoneurosa
1.    Pengertian Psikoneurosa
Psikoneurosa yaitu ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam pelbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism).
Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism). Oleh pengkondisian yang buruk dari lingkungan sosial yang sangat tidak menguntungkan, muncul kemudian banyak ketegangan dan kecemasan, serta simptom-simptom mental yang pathologis atau gangguan mental yang disebut neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan neurosa disebabkan oleh faktor-faktor psikologis dan kultural, khususnya oleh ketakutan dan kecemasan-kecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau ketegangan batin yang kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat, konflik-konflik emosional, kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental breakdown ). Ditambah pula oleh ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya usaha serta kemauan, sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan meledak menjadi gejala neurosa.
Psikoneurosa  yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).
2.    Jenis Psikoneurosa
1.     Neurosis kuatir atau anxiety neurosis
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi)
a. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
1) Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanika
a)     Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan,
b)    Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,
2) Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
a)    Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
b)    Repressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
c)    Kecenderungan harga diri yang terhalang.
d)    Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkn banyak konflik batin.
3)  Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.








BAB III
CONTOH ASKEB

Contoh Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Depresi
Ny. “M” usia 26 tahun G2P1Ab0Ah1 UK 13 minggu dengan Neurosis Cemas
NO. REGISTER                                       : 138937
MASUK RS TANGGAL, JAM                              : 27 february 2012, 09.00 WIB
DI RUANG                                                            : Puskesmas Bondowoso
TANGGAL PENGKAJIAN                                   : 27 february 2012, 09.00 WIB
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama                    : Ny “E”                                                           Nama              :Th”m”
Umur                     : 22 tahun                                                        Umur               :24 tahun
Agama                  : Islam                                                             Agama                        : Islam
Pendidikan            : SD                                                                 Pendidian        :SMP
Pekerjaan  : IRT                                                                Pekerjaan        :petani
Alamat                   : kebun agung 12/13 BWS
1.      Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini beban untuknya dan kadang ibu berusaha menyakiti dirinya sendiri serta suka menyendiri.
2.      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis, sistematik, dan penyakit keturunan maupun menular, seperti : jantung, hipertensi, malaria, PMS, TBS & alergi.
3.      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, maupun menurun dalam keluarga, tidak mempunyai keturunan kembar dan ibu tidak mempunyai pantangan makanan.
4.      Riwayat haid
1.      Menarche     : 14 tahun
2.      Siklus                        : ±28 hari
3.      Lamanya       :7 hari
4.      Banyaknya   :3x ganti pembalut/hari
5.      Dismenorea  : -
6.      Flour albus    : -
7.      HPHT            : 25 – 08 – 2011
8.      HPL               : 02 – 06 – 2012
5.      Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
No
Tanggal, tahun persalinan
Tempat bersalin
UK
Jenis persalinan
Penolong
Penyulit
JK/BB
Keadaan anak sekarang

Hamil ini

6.      Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil anak pertama, UK 6 bulan, ibu merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan, dan ibu merasa sedih dengan kehamilannya dan suka memukul-mukul perutnya.
TM I          : 3x kunjungan dengan keluhan mual muntah
TM2          : 3x kunjungan dengan banyak masalah
Pelayanan yang didapatkan 10 T, penyuluhan tentang gizi, kebersihan dan perawatan payudara, saat ini ibu sudah mendapatkan suntikan TT 2 kali, ibu mendapatkan terapi Fe, kalk, vitamin C, dan B6 diminum sehari 1 kali.
7.      Pola kebebasan sehari – hari
a.    Nutrisi
-        Sebelum hamil : makan nasi 2-3 piring porsi sedang lauk pauk :tempe 1 potong dan ikan 1 potong, minum 7 gelas (7 cc).
-        Saat hamil : makan 1-2x/hari dengan porsi setengah, tempe 1 potong, buah 1 potong (pepaya), minum 6 gelas (cc).
b.    Istirahat
-        Sebelum hamil     : siang –
  malam 9 jam
-        Saat hamil            : siang –
  malam 7 jam
c.    Pola kebersihan
-      Sebelum hamil    : mandi 2x ,gosok gigi setiap habis mandi dan mau tidur, cuci rambut 2 hari 1x, ganti pakaian setiap habis mandi ganti celana dalam selesai mandi.
-      Saat hamil           : mandi 2x/hari, gosok gigi setiap habis mandi dan menjelang tidur, keramas 1x/minggu ganti pakaian setiap habis mandi, celana dalam setiap merasa basah, cebok dari depan kebelakang.
d.    Pola eliminasi
-        Sebelum hamil    : BAB teratur setiap hari,BAK 4-5x/hari frekuensinya ± 100 cc
-        Saat hamil           : BAB : 1x /hari BAK : 5 – 6x/ hari frekuensinya 200 cc
e.    Pola aktivitas
-      Sebelum hamil    : ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri seperti :mencuci,menyetrika,mengepel,dll.
-      Saat hamil           : Ibu hanya diam saja dan suka mengurung diri di kamar
f.     Pola kebiasaan lain
Ibu tidak mempunyai ketergantungan merokok, minum alkohol, dan sesuatu yang membahayakan kehamilannya, serta ibu juga tidak meminum jamu-jamuan.
g.    Keadaan psiko,sosio,budaya,dan spiritual
-        Psiko        : ibu merasa sedih karena keluarga tidak mendukung dengan kehamilannya.
-        Social       : hubungan ibu dengan suami , keluarga, kurang baik.
-        Spiritual    : ibu mengatakan melaksanakn ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
-        Budaya     : kebudayaan dalam keluarganya,ibu setiap UK ibu menginjak 7 bulan mengadakan selamatan 7 bulanan.
DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan fisik
Keadaan umum               : lemah
Kesadaran                        : compos metis
TB                                                : 153 cm
BB sebelum hamil            : 48 kg
BB saat hamil                   : 53 kg
IMT                                   : 23,49 (batas normal)
LILA                                  : 23,5cm
TD                                                : 110/70 mmhg
Nadi                                  : 92x/menit
R                                      : 24x /menit
S                                       : 36,5 C
HPL                                  : 02 – 06 – 201
2.      Pemeriksaan Fisik
Muka        : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odem
Mata         : sklera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis, dan tidak ada odem palpebra
Hidung      : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut        : bibir lembab, warna merah muda
Telinga     : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Leher        : Tidak ada pmbesaran vena jugularis, tidak ada pembesarankelenjar tyroid, tidak ada kelenjar getah bening
Payudara : payudara simetris, payudara membesar, puting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi, colostrum belum keluar dan bersih
Abdomen : membesar kedepan, membesar sesuai usia kehamilan, tidakada bekas luka pada abdomen, tidak ada striae, terdapat linea nigra.
Genetalia  : vulva bersih, tidak tampak flour albus, tidak oedem.
Anus         : tidak ada hemoroid
Ekstremitas Atas        : simetris, kedua tangan tidak odem, tidak varises
Bawah     : simetris, kedua kaki tidak odem, tidak varises, reflex patella +/+
Palpasi Abdomen
Leopold I    : TFU pertengahan Px & pusat, bagian fundus teraba bagian besar,lunak,bulat tidak melenting yaitu bokong, TFU 28 cm
Leopold II   : sebelah kanan uterus teraba bagian kecil janin dan sebelah kiri teraba bagian lebar, keras seperti papan yaitu punggung (puki).
Leopold III  : bagian bawah teraba bagian bawah,keras dan melenting yaitu kepala
Leopold IV  : Kedua tangan divergen, bagian terendah janin masuk PAP
Auskultasi DJJ : 143x/menit di 3 jari bawah pusat
Pemeriksaan panggul
Distansia spinarum          : 24 cm
Distansia cristarum          : 28 cm
Conjugata Eksterna         : 19 cm
Lingkar panggul               : 84 cm
ANALISA
Ibu GI P0 Ab0 Ah0 UK 26 minggu, hidup/tunggal/preskep dengan depresi
PENATALAKSANAAN
1.      Memberitahu ibu kondisinya saat ini kurang baik yaitu ibu mengalami gangguan kejiwaan ringan.
-       Ibu mengerti dan mau menerima keadaannya saat ini.
2.      Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan zat besi seperti susu, telur, daging, sayuran hijau, buah-buahan dan kacang-kacangan.
-       Ibu bersedia mengkonsumsi makanan seperti yang sudah dijelaskan bidan.
3.      Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 1 jam di siang hari dan 8 jam di malam hari, serta mengurangi aktifitas yang berat.
-       Ibu bersedia untuk tidur cukup dan akan mengurangi aktifitasnya di dalam maupun di luar rumah.
4.      Memberikan ibu support mental dengan meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada kegiatan bersama keluarga, serta memberitahu ibu untuk menceritakan semua hal yang dirasakan kepada orang terdekat ibu.
-       Ibu bersedia untuk melakukan kegiatan bersama-sama keluarganya menceritakan semua perasaannya kepada orang terdekat yaitu suami
5.      Menganjurkan ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hatinya agar rasa cemas dan takutnya berkurang, seperti yoga atau pijat refleksi.
-       Ibu bersedia mengikuti kegiatan yoga atau pijat refleksi
6.      Menganjurkan ibu datang berkonsultasi dengan psikiater untuk mengetahui dan mengatasi keadaannya lebih lanjut.
-       Ibu bersedia untuk berkonsultasi dengan psikiater.
7.      Meminta ibu untuk datang kembali 2 minggu lagi atau segera jika ada keluhan.




















BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat muncul kembali.
Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Peran tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.
B.     Saran
Diharapkan kepada para wanita agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bisa memicu terjadinya penyakit gangguan jiwa. Misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang di sekitar dengan pemberian dukungan/motivasi dan segala macam bantuan positif lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.









DAFTAR PUSTAKA
Dirgagunarsa, Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Hanafiah Zulfadin, Rusman, dkk. 1989. Stres, Kecemasan dan Depresi. Surabaya. Yayasan Kesehatan Jiwa ” Aditama ”.
Kuntjojo.2009. Diktat Psikologi Abnormal. Kediri : Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI.
Suroto. 1994. Stress. Jakarta : Gajah Mada University Press.
http: //Yuntaq3. wordpress.com
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obsteri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obsteri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.



No comments:

Post a Comment