BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap
kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang
pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap
sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik
antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma
sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan
pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga
ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak
terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih
sayang dan empati). Pada wa nitahamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi
aspek sumber daya.
Telah diketahui bahwa wanita hamil mengalami perubahan
jiwa dalam kehamilan yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian akan
hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus atau
pernyataan, kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Hal
ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis.
Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam
kehamilan berikut biasanya penyakitnya timbul lagi, selain itu psikosis dapat
menjadi lebih berat dalam kahamilan. Peran tenaga kesehatan disini sangatlah
penting untuk melakukan pendekatan, memberikan dukungan, motivasi maupun
pengobatan untuk mengatasi gangguan tersebut agar tidak memberikan dampak yang
buruk bagi ibu maupun kesehatan janinnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalahsebagai berikut:
1. Apa definisi dari depresi, psikosa dan
psikoneurosa?
2. Apa penyebab dari depresi, psikosa dan
psikoneurosa?
3. Apa saja jenis-jenis depresi, psikosa
dan psikoneurosa?
4. Apa saja tanda dan gejala dari
depresi, psikosa dan psikoneurosa?
5. Bagaimana pencegahan dan penanganan
depresi, psikosa dan psikoneurosa?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari
depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2. Untuk mengetahui penyebab dari
depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3. Untuk mengetahui jenis dari depresi,
psikosa dan psikoneurosa.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari
depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan
penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
D.
Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi
dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab
dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dari
depresi, psikosa dan psikoneurosa.
4. Mahasiswa dapat tanda dan gejala dari
depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara
pencegahan dan penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
BAB
II
ISI
A.
Depresi
1.
Pengertian
Kehamilan seharusnya
adalah masa yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi buat sebagian
wanita masa ini
adalah masa yang membingungkan, takut, sedih, stress, dan bahkan depresi. Sekitar
10 – 20% wanita akan mengalami gejala-gejala
depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya akan menjadi
depresi yang nyata (mayor depresi).
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan
afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai
definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
a. Menurut
National Institut of Mental Health,
gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana
perasaan (mood), dan pikiran.
b. Southwestern Psychological
Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa
depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan
karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “untuk menoba
lebih keras“.
c. Staab
dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan
suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang
ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan
alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah
kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding
dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang
normal.
Depresi merupakan gangguan mood yang menyerang 1 dari 4 wanita pada suatu titik
tertentu dalam kehidupannya, jadi
tidak usah heran jika kelainan ini juga biasa mengenai wanita hamil. Tetapi
sering kali depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering
dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini tentu saja
bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
Depresi bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi,
merupakan gangguan mood sama
halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood
merupakan kelainan biologis yang
melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa
mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini
bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
2.
Gejala-gejala
Depresi
Menurut Diagnostik dan statistikal
manual IV – Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000),
seseorang menderita gangguan depresi jika, lima atau lebih gejala di bawah
telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa
seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau
kehilanga minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a. Keadaan
emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap
hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau
pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b. Kehilangan
minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan orang lain).
c. Hilangnya
berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat
badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan
sebelumnya dalam satu bulan).
d. Insomnia
atau hipersomnia hampir setiap hari.
e. Kegelisahan
atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain,
bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
f. Perasaan
lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari.
g. Perasaan
tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa
merupakan delusi) hampir setiap hari.
h. Berkurangnya
kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan,
hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang
lain).
i. Berulang-kali
muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul
pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau
gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan
gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya
sebagai berikut :
a. Ditandai
dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan
lebih banyak air mata dibandingkan
senyum, tidak
bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari.
b. Teganggu
calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam
keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas.
c. Kadang-kadang
tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu, gejala di atas
biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah,
hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d. Jarang
mengontrol kehamilan.
e. Tidak
pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f. Tidak
melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.
3.
Bentuk-bentuk
Depresi
Terdapat berbagai bentuk depresi,
tergantung dari vartiasi dalam jumlal simptom, tingkat keparahan dan
persistensinya. Namun, secara umum dapat digolongkan menjafi dua yakni :
a. Depresi
Unipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan
oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi Unipolar terdiri atas :
1) Depresi
Mayor
Apabila
seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas,
maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang
dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau
depresi mayor. Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom
yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati
salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi
karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang
perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang
terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode
ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang
mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik
dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
2) Distimia
Merupakan bentuk depresi yang kurang parah
karena simptom atau gejala-gejala yang ditunjukkan tidak membuat orang yang
mengalaminya menjadi tidak mampu tetapi yang menghindarkan orang yang
bersangkutan untuk berfungsi pada tingkat yang penuh atau menghalanginya dari
perasaan baik.
b. Depresi
Bipolar
Merupakan
gangguan depresi yang dicirikan oleh pergantian antara suasana perasaan
depresif dan mania, artinya selain depresi, di sisi lain terkadang merasa
gembira.
4.
Penyebab
Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
Para
ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun
diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah
melahirkan menjadi penyebabnya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh,
menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi
memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor,
norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik. Selain itu, ada
pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya
masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia
tersebut. Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana
penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut.
Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal. Selain dari faktor
organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor
psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi
seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca
bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Beberapa faktor utama penyebab
depresi:
a.
Kehamilan
yang tidak diharapkan
b. Hamil di luar nikah
c. Faktor ekonomi
d. Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e. Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f. Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g. Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan
janin
h. Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak
sebelumnya
i.
Sedang
menghadapi masalah keuangan
j.
Usia
ibu hamil yang terlalu muda
k. Adanya komplikasi selama kehamilan
l.
Terpisah
dari keluarga
m. Rasa takut yang berlebihan.
n. Orang tua tunggal.
o. Riwayat keluarga yang memiliki
penyakit kejiwaan.
5.
Dampak
Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi
kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi
atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam
kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang
terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang
sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi
ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya,
yaitu :
a. Pertama
adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b. Munculnya
gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c. Kelahiran premature
d. Bayi lahir
dengan berat badan yang rendah
e. Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai
keinginan untuk memikirkan perkembangan
kandungan dan bahkan kesehatannya
sendiri.
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan
ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal
yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai
mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran
prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan
perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan
seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan, karena si bayi akan ditempatkan di
inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik
dengan keinginan bunuh diri, bisa saja langsung membuat janinnya meninggal. Ibu
yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan
perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
6.
Penatalaksanaan Depresi
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada
saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil
sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli
kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat
tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga
melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan
keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis,
perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis
depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan
ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta
keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya
dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk
kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan
segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif (depresi) rekuren.
Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang
digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi (Depression Guideline Panel) :
a. Fase
Akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan
untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
b. Fase
Lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk
mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang beresiko
kambuh sering kali tetap diberi obat. Untuk klien yang dianggap tidak beresiko
tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan. Penggunaan antidepresan
trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang
mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan
nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri.
Selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah
sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu
hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat
tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas
jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MOA) serta
tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi. Disamping itu,
psikoterapi atau metode support group secara rutin harus dilakukan bila ada
konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif
sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi
elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan
respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi
hebat dan klien ingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan
antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan
sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian
kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenangkan
jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis
dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
Perubahan pola hidup dapat memperbaiki depresi pada
sebagian orang:
a.
Olahraga
teratur
b.
Berjemur
pada sinar matahari
c.
Penanganan
stress
d.
Konseling
e.
Tidur
teratur
f.
Relaksasi
g.
Meditasi
7.
Penularan Depresi
Penularan dari depresi sampai saat ini masih belum
diketahui.
8.
Pencegahan Depresi
Bagi mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini
sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun
harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.
Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood
yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami,
istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari
depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga
pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak – anak dengan kualitas
mental dan fisik yang baik serta berkualitas.
B.
Psikosa
1.
Definisi
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa
dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) atau dengan kata lain,
psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh
tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri
dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
Psikosa merupakan gangguan jiwa yang
serius, timbul karena penyebab organic ataupun emosional (fungsional) dan yang
menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat ,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan,
sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari hari
sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh
perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,berkurangnya pengawasan
terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
Pada umunya pasien psikosa tidak
mampu melakukan partisipasi sosial, sering ada gangguan bicara, kehilngan
orientasi terhadap lingkungan, aspek sosialnya membahayakan orang lain maupun
diri sendir serta memerlukan perawatan rumah sakit.
2.
Penyebab
psikosa:
a.
Internal
(perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b.
Ekstenal
(kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak kehamilan yang
terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)
3.
Jenis-jenis
psikosa
Adapun jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas:
a.
Skizofrenia
Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang
paling sering dijumpai. Skizofrenia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi
interaksi antara abnormal gen dengan:
1)
Virus
atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak
janin.
2)
Menurunnya
autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3)
Komplikasi
kandungan.
4)
Kekurangan
gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Tipe-tipe
dari skizofrenia :
1)
Skizofrenia
Simplex
Gejalanya meliputi kehilangan minat,
emosi tumpul / datar, dan menarik diri dari masyarakat.
2)
Skizofrenia
Hebefrenik
Umumnya dialami atau timbul pada masa
remaja antara 15-25 tahun dengan gejala berupa reaksi-reaksi emosional yang
makin bertambah indiferen, adanya gangguan proses berpikir dan tingkah laku
infantile, seperti tiba-tiba menangis atau tertawa tetapi tidak berkaitan
dengan situasi yang sedang terjadi, makan secara berlebihan dan berceceran,
buang air kecil atau buang air besar sembarang tempat, berpakaian seperti bayi,
dan lain-lain.
3)
Skizofrenia
Katatonik
Penderita tipe ini menunjukkan satu
dari dua pola yang dramatis, yakni;
a)
Stupor
Penderita kehilangan gerak, cenderung
untuk diam pada posisi yang stereotipi dan lamanya bisa berjam-jam bahkan
berhari-hari, mempunyai kontak yang minimal sekali dan mutisme (menolak untuk
bicara).
b)
Excitement
Penderitanya melakukan tingkah laku
yang berlebihan, seperti bicara banyak tetapi tidak koheren, gelisah yang
ditunjukkan dengan tingkah laku seperti mondar-mandir, melakuakan masturbasi di
depan umum, bahkan menyerang orang lain.
4)
Skizofrenia
paranoid
Penderita
menunjukkan dua pola, yaitu:
a)
Pola
skizofrenia: ditandai dengan proses berpikir kacau, tidak logis, dan mudah
berubah serta delusi yang aneh.
b)
Pola
paranoid: system delusi lebih masuk akal dan logis, kontak dengan realita
(realita testing) juga relative tidak terganggu.
b.
Paranoid
Paranoid dilain pihak adalah jenis yang
sudah lebih lanjut
ditandai dengan halusinasi, yaitu persepsi palsu dan kecurigaan tidak beralasan terus menerus yang sangat kuat, pola berfikir makin kacau
dan tingkah laku makin tidak normal.
Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan
pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik dan teratur, tetapi
berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.
Psikosa
umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.
Psikosa
fungsional
Merupakan
gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal
pengahantar saraf (neurotransmitter). Faktor penyebabnya terletak pada aspek
kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan,
bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi selama
sejarah kehidupan seseorang. Contoh: paranoid (curiga berlebihan), depresi,
gaduh gelisah.
b.
Psikosa
organik
Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan
karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau
infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
4.
Tanda
dan Gejala
a.
Tanda
tanda psikosa:
1)
Halusinasi
2)
Sejumlah
kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah, dan retardasi
psikomotor.
b.
Gejala
psikosis adalah:
1)
abnormal
menampilkan emosi
2)
kebingungan
3)
depresi
dan kadang kadang pikiran bunuh diri
4)
kacau
berpikir dan berbicara
5)
kegembiraan
6)
keyakinan
palsu
7)
melihat,
mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak ada berdasarkan
ketakutan/ kecurigaan
Menninger telah menyebutkan sindroma
klasik yang menyertai sebagian besar pola psikosa:
1)
Perasaan
sedih, bersalah yang mendalam
2)
Keadaan
terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan
motorik yang berlebihan.
3)
Isi
pikiran yang berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4)
Kecendungan
membela diri atau rasa kebesaran
5)
Keadaan
bingung dengan disorientasi dan
halusinasi.
Proses kejiwaan dalam kehamilan
1) Triwulan I
a)
Cemas ,takut, panik,
gusar
b)
Benci pada suami
c)
Menolak kehamilan
d)
Mengidam
2)
Triwulan II
a)
Kehamilan nyata
b)
Adaptasi dengan
kenyataan
c)
Perut bertambah besar
d)
Terasa gerakan janin
3)
Triwulan III
a)
Timbul gejolak baru
menghadapi persalinan
b)
Perasaan bertanggung
jawab
c)
Golongan ibu yang
mungkin merasa takut
d) Ibu yang mempunyai riwayat/ pengalaman buruk pada
persalinan yang lalu
5.
Pencegahan
psikosa
Adapun cara pencegahan yang dapat
dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.
Informasi
b.
ANC
rutin
c.
Nutrisi
d.
Penampilan
e.
Aktivitas
f.
Relaksasi
g.
Senam
hamil
h.
Latihan
pernafasan
6.
Penatalaksanaan
psikosa
Perjalanan
penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit. Bagi mereka
dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar
6 bulan (Sneddon, 1992). Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat
pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia. Para wanita ini
sebaiknya dirujuk ke psikiater. Keparahan psikosis postpartum mengharuskan
diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan
tindakan rawatinap. Wanita ynag mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan
merawat bayinya.
Proses penanganan pada penderita
skizofrenia yang sedang hamil, yakni:
Wanita yang datang dengan pskosis
pada episode pertama saat hamil harus diperiksa dengan hati-hati untuk
menyingkirkan sebab organic pada psikosisnya maupun perubahan status mentalnya.
Pasien harus dirawat sakit bila rawat jalan tidak memungkinkan. Pada umumnya
peneliti melaporkan bahwa pasien dengan menggunakan obat antipsikotik pada
kehamilan tidak menunjukkan adanya kelainan pada kelahiran janin. Namun,
antipsikotik hendaknya dihindarkan pada trimester I. Pada kasus yang akut dan membahayakan
ibu dan janinnya, dapat dilakukan terapi elektrokompulsif. Terapik ini tidak
menyebabkan persalinan, kecuali bila kehamilannya cukup bulan.
Pengobatan tergantung pada penyebab
psikosis. Perawatan dirumah sakit sering kali diperlukan untuk menjamin
keselamatan pasien.
a. Terapi
Gangguan Jiwa
Saat ini
tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller
dkk.,1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita
penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar,
gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang
mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan.
b. Antidepresan
Depresi berat
memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melebihi
risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin,
dan nortriptilin sering digunakan untuk
gangguan-gangguan depresi. Efek samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik
dan konstipasi. Sedasi juga sering
terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang
berkaitandengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan
yang sangat efektif yangsemakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi
ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin
(selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk fluoksetin dan
sertralin,menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer bagi sebagian
besar penyakit depresi. Obat-obatini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik
atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
c. Antipsikotik
Wanita dengan
sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan
skizoafektif,atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik
selama kehamilan.
Antipsikotik
tipikal adalah golongan antagonis dopamine.Klozapin adalah satu-satunya
antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda
tetapi tidak diketahui.
Potensi dan
efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi
lebih rendah, klorpromazin dantioridazin, memiliki efek antikolinergik yang
lebih besar serta bersifat sedatif.
d. Litium
Keamanan
litium selama kehamilan masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran tentangteratogenesitas,
juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah
dilaporkantoksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
e. Benzidiazepin
Obat golongan
ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang
parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin
menyebabkan depresineurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian
dilakukan dekat dengan kelahiran.
f. Terapi Kejut
Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Terapi dengan
kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada
pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi
farmakologis. Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur
kehamilan 23-31 minggu. Mereka menggunakan
tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan ventilasi bantuan setiap kali terapi.
Merekamendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma
meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan listrik. Walaupun demikian,
rekaman frekuensi denyut jantung janinserta frekuensi jantung, tekanan darah,
dan saturasi oksigen ibu tetap normal.
Miller (1994)
mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut
listrik selama kehamilan mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%. Penyulit-penyulit tersebut antara lain adalah
aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginamringan, nyeri abdomen,
dan kontraksi uterus yang swasirna. Wanita yang kurang dipersiapkan juga
berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi aortokava, dan alkalosis
respiratorik. Langkah-langkah pengkajian penting adalah pengkajian servik,
penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial, pemantauan frekuensi
denyut jantung janin dan uterus, hidrasi intravena, pemberian antasida cair,
dan pasien dobaringkan miring kiri. Selama prosedur, hindari hiperventilasi
berlebihan dan jalan napas harusdilindungi
Penatalaksannan
yang dilakukan:
a.
Konsultasikan
dengan dokter, psikiater, psikolog, dan dengan tenaga kesehatan lainnya.
b.
Sejak
pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis harus dengan kesabaran
meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal
yang normal dan wajar.
c.
Ajarkan
dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot otot istirahat dan
pernafasan
d.
Hindari
kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu.
e.
Hindari
komentar suatu kasus dan gelak tawa
f.
Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di
samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
g. Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
h. Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat,
morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek
paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
i. Klien harus
dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya
sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun
untuk orang lain.
j. Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
C.
Psikoneurosa
1. Pengertian
Psikoneurosa
Psikoneurosa yaitu ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya
konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut
tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis
(suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas
yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan
dan kurang memiliki energi). Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis
dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan
keluar dalam pelbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme
pertahanan diri ( defence mechanism).
Psikoneurosa
adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan
secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk tingkah laku dengan
jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism). Oleh
pengkondisian yang buruk dari lingkungan sosial yang sangat tidak
menguntungkan, muncul kemudian banyak ketegangan dan kecemasan, serta
simptom-simptom mental yang pathologis atau gangguan mental yang disebut
neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan neurosa disebabkan oleh
faktor-faktor psikologis dan kultural, khususnya oleh ketakutan dan
kecemasan-kecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau ketegangan batin
yang kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat, konflik-konflik
emosional, kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental breakdown ). Ditambah
pula oleh ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya usaha serta
kemauan, sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan meledak
menjadi gejala neurosa.
Psikoneurosa
yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang
bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental
dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan
emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi).
2. Jenis
Psikoneurosa
1. Neurosis kuatir atau anxiety neurosis
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu
kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih
ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang
kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang
perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian
kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang
bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya
psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut
normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus
sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat
mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi
neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti
cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap
lingkungan dan kurang memiliki energi)
a. Neurosis cemas
(anxiety neurosis atau anxiety state)
1) Gejala-gejala
neurosis cemas
Tidak
ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat
mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan
yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanika
a) Gejala somatis dapat berupa
sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah,
keringat dingan,
b) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi,
perasaan tidak mampu,
2) Faktor
penyebab neurosis cemas
Menurut
Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
a) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh
kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
b) Repressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak
bisa berlangsung secara sempurna
c) Kecenderungan harga diri yang terhalang.
d) Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat,
sehingga menimbulkn banyak konflik batin.
3) Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi
untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan
atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan.
Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.
BAB III
CONTOH ASKEB
Contoh
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Depresi
Ny.
“M” usia 26 tahun G2P1Ab0Ah1 UK 13 minggu dengan Neurosis Cemas
NO. REGISTER : 138937
MASUK RS TANGGAL, JAM : 27
february 2012, 09.00 WIB
DI RUANG : Puskesmas Bondowoso
TANGGAL
PENGKAJIAN :
27 february 2012, 09.00 WIB
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama :
Ny “E” Nama :Th”m”
Umur : 22 tahun Umur :24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidian :SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :petani
Alamat : kebun agung 12/13 BWS
1.
Keluhan
utama
Ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini
beban untuknya dan kadang ibu berusaha menyakiti dirinya sendiri serta suka
menyendiri.
2.
Riwayat
kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit kronis, sistematik, dan penyakit keturunan maupun menular, seperti :
jantung, hipertensi, malaria, PMS, TBS & alergi.
3.
Riwayat
kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak
ada yang menderita penyakit menular, maupun menurun dalam keluarga, tidak mempunyai
keturunan kembar dan ibu tidak mempunyai pantangan makanan.
4.
Riwayat
haid
1.
Menarche : 14 tahun
2.
Siklus : ±28 hari
3.
Lamanya :7 hari
4.
Banyaknya :3x ganti pembalut/hari
5.
Dismenorea : -
6.
Flour
albus : -
7.
HPHT : 25 – 08 – 2011
8.
HPL : 02 – 06 – 2012
5.
Riwayat
kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
|
No
|
Tanggal, tahun persalinan
|
Tempat bersalin
|
UK
|
Jenis persalinan
|
Penolong
Penyulit
|
JK/BB
|
Keadaan anak sekarang
|
|
|
Hamil ini
|
||||||
6.
Riwayat
kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil anak pertama, UK
6 bulan, ibu merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan, dan ibu
merasa sedih dengan kehamilannya dan suka memukul-mukul perutnya.
TM I :
3x kunjungan dengan keluhan mual muntah
TM2 :
3x kunjungan dengan banyak masalah
Pelayanan yang didapatkan 10 T,
penyuluhan tentang gizi, kebersihan dan perawatan payudara, saat ini ibu sudah
mendapatkan suntikan TT 2 kali, ibu mendapatkan terapi Fe, kalk, vitamin C, dan
B6 diminum sehari 1 kali.
7.
Pola
kebebasan sehari – hari
a.
Nutrisi
-
Sebelum
hamil : makan nasi 2-3 piring porsi sedang lauk pauk :tempe 1 potong dan ikan 1
potong, minum 7 gelas (7 cc).
-
Saat
hamil : makan 1-2x/hari dengan porsi setengah, tempe 1 potong, buah 1 potong
(pepaya), minum 6 gelas (cc).
b.
Istirahat
-
Sebelum
hamil : siang –
malam 9 jam
-
Saat
hamil : siang –
malam 7 jam
c.
Pola
kebersihan
-
Sebelum
hamil : mandi 2x ,gosok gigi setiap
habis mandi dan mau tidur, cuci rambut 2 hari 1x, ganti pakaian setiap habis
mandi ganti celana dalam selesai mandi.
-
Saat
hamil : mandi 2x/hari, gosok
gigi setiap habis mandi dan menjelang tidur, keramas 1x/minggu ganti pakaian
setiap habis mandi, celana dalam setiap merasa basah, cebok dari depan
kebelakang.
d.
Pola
eliminasi
-
Sebelum
hamil : BAB teratur setiap hari,BAK
4-5x/hari frekuensinya ± 100 cc
-
Saat
hamil : BAB : 1x /hari BAK : 5 –
6x/ hari frekuensinya 200 cc
e.
Pola
aktivitas
-
Sebelum
hamil : ibu mengerjakan semua pekerjaan
rumah sendiri seperti :mencuci,menyetrika,mengepel,dll.
-
Saat
hamil : Ibu hanya diam saja dan
suka mengurung diri di kamar
f.
Pola
kebiasaan lain
Ibu tidak mempunyai ketergantungan
merokok, minum alkohol, dan sesuatu yang membahayakan kehamilannya, serta ibu
juga tidak meminum jamu-jamuan.
g.
Keadaan
psiko,sosio,budaya,dan spiritual
-
Psiko : ibu merasa sedih karena keluarga tidak
mendukung dengan kehamilannya.
-
Social : hubungan ibu dengan suami , keluarga,
kurang baik.
-
Spiritual : ibu mengatakan melaksanakn ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
-
Budaya : kebudayaan dalam keluarganya,ibu setiap
UK ibu menginjak 7 bulan mengadakan selamatan 7 bulanan.
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos metis
TB :
153 cm
BB sebelum hamil : 48 kg
BB saat hamil : 53 kg
IMT :
23,49 (batas normal)
LILA :
23,5cm
TD :
110/70 mmhg
Nadi :
92x/menit
R :
24x /menit
S :
36,5⁰
C
HPL :
02 – 06 – 201
2.
Pemeriksaan
Fisik
Muka :
tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odem
Mata :
sklera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis, dan tidak ada odem palpebra
Hidung :
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut :
bibir lembab, warna merah muda
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Leher :
Tidak ada pmbesaran vena jugularis, tidak ada pembesarankelenjar tyroid, tidak
ada kelenjar getah bening
Payudara : payudara simetris, payudara membesar, puting susu menonjol, areola
mamae hiperpigmentasi, colostrum belum keluar dan bersih
Abdomen : membesar kedepan, membesar sesuai usia kehamilan, tidakada bekas
luka pada abdomen, tidak ada striae, terdapat linea nigra.
Genetalia : vulva bersih, tidak tampak flour albus, tidak oedem.
Anus :
tidak ada hemoroid
Ekstremitas Atas : simetris, kedua tangan tidak odem,
tidak varises
Bawah :
simetris, kedua kaki tidak odem, tidak varises, reflex patella +/+
Palpasi Abdomen
Leopold I : TFU pertengahan Px & pusat, bagian fundus teraba bagian
besar,lunak,bulat tidak melenting yaitu bokong, TFU 28 cm
Leopold II : sebelah kanan uterus teraba bagian kecil janin dan sebelah kiri
teraba bagian lebar, keras seperti papan yaitu punggung (puki).
Leopold III : bagian bawah teraba bagian bawah,keras dan melenting yaitu kepala
Leopold IV : Kedua tangan divergen, bagian terendah janin masuk PAP
Auskultasi DJJ : 143x/menit di 3 jari
bawah pusat
Pemeriksaan panggul
Distansia spinarum : 24 cm
Distansia cristarum : 28 cm
Conjugata Eksterna : 19 cm
Lingkar panggul : 84 cm
ANALISA
Ibu GI P0 Ab0 Ah0 UK 26 minggu,
hidup/tunggal/preskep dengan depresi
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahu
ibu kondisinya saat ini kurang baik yaitu ibu mengalami gangguan kejiwaan
ringan.
-
Ibu
mengerti dan mau menerima keadaannya saat ini.
2.
Menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, protein,
vitamin dan zat besi seperti susu, telur, daging, sayuran hijau, buah-buahan
dan kacang-kacangan.
-
Ibu
bersedia mengkonsumsi makanan seperti yang sudah dijelaskan bidan.
3.
Menganjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup minimal 1 jam di siang hari dan 8 jam di malam
hari, serta mengurangi aktifitas yang berat.
-
Ibu
bersedia untuk tidur cukup dan akan mengurangi aktifitasnya di dalam maupun di
luar rumah.
4.
Memberikan
ibu support mental dengan meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran
dengan mengalihkan pada kegiatan bersama keluarga, serta memberitahu ibu untuk
menceritakan semua hal yang dirasakan kepada orang terdekat ibu.
-
Ibu
bersedia untuk melakukan kegiatan bersama-sama keluarganya menceritakan semua
perasaannya kepada orang terdekat yaitu suami
5.
Menganjurkan
ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hatinya agar
rasa cemas dan takutnya berkurang, seperti yoga atau pijat refleksi.
-
Ibu
bersedia mengikuti kegiatan yoga atau pijat refleksi
6.
Menganjurkan
ibu datang berkonsultasi dengan psikiater untuk mengetahui dan mengatasi
keadaannya lebih lanjut.
-
Ibu
bersedia untuk berkonsultasi dengan psikiater.
7.
Meminta
ibu untuk datang kembali 2 minggu lagi atau segera jika ada keluhan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hamil
merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita.
Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum
dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Wanita yang tidak dapat mengendalikan
psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut
tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa
(psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai
di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya
sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat
muncul kembali.
Wanita
dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan
intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Peran tenaga kesehatan di sini
sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri
kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.
B. Saran
Diharapkan
kepada para wanita agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bisa memicu
terjadinya penyakit gangguan jiwa. Misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah
anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan
selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang di
sekitar dengan pemberian dukungan/motivasi dan segala macam bantuan positif
lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dirgagunarsa, Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta
: Mutiara Sumber Widya.
Hanafiah Zulfadin, Rusman, dkk. 1989. Stres, Kecemasan
dan Depresi. Surabaya. Yayasan Kesehatan Jiwa ” Aditama ”.
Kuntjojo.2009. Diktat Psikologi Abnormal. Kediri :
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI.
Suroto.
1994. Stress. Jakarta : Gajah Mada University Press.
http: //Yuntaq3. wordpress.com
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obsteri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obsteri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu
kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
